Minggu, 09 Juni 2013

Cerpen "Cinta Aurora"


Siang itu, Aurora duduk gelisah di bangkunya. Lima menit lagi bel pulang berbunyi. Ia sangat takut jika Aditya kembali mencarinya.
“Lho kenapa sih Ra?” tanya Ale, sahabat Aurora yang melihat Aurora gelisah.
“Emm.... gue gak papa kok!!” jawab Aurora gugup. Tepat setelah itu, bel pulang berbunyi. Semua teman sekelas Aurora keluar dari kelas. Ale kembali heran melihat Aurora yang diam saja.
“Gak mau pulang? Gue anter deh!!” ucap Ale.
“Iya bentar lagi!” Aurora lalu membereskan bukunya. Saat ia berbalik, ada Oji, sahabat Aditya yang menghampiri Aurora.
“Aurora ya?” tanyanya sopan. Aurora mengangguk.
“Ditunggu Adit di taman belakang! Dia bilang gak akan pulang sebelum kamu datang!” ucap Oji pelan. Aurora lalu menunduk, binging harus bagaimana.
“Kak, bilangin Kak Adit ya, kalau Aurora gak bisa sekarang!” pinta Aurora pelan. Oji mengerutkan dahinya heran.
“Kamu jangan gitu dong! Kamu tau gak, dari tadi dia dimarahin terus sama guru-guru karena dikelas ngelamunin kamu terus!” ucap Ojo tegas. Ale langsung emosi melihat Aurora dipojokkan begitu.
“Kak, jangan maksa dong! Kalau Auroa gak mau ya jangan dipaksa!!” ucap Ale membela Aurora.
“Eh lho diem yah!! Gue gak ada urusan sama lho! Jadi jangan ikut campur!!” ucap Oji sambil mendorong Ale pelan.
“Eh, jangan mentang-mentang lho kakak kelas yah!!” ucap Ale balas mendorong Oji. Aurora lalu berdiri.
“Stop!! Gue pusing liat kalian!!” ucap Aurora keras. Ia lalu menatap Ale.
“Kak, kakak pulang ajah, aku akan nemuin Kak Adit kok! Dan lho Al, lho pulang ajah!” perintah Aurora.
“Lho ada urusan apa sih sama Adit? Ra, dia itu gak baik buat kamu! Dia suka tawuran! Jangan bahayain diri kamu sendiri!!” ucap Ale kesal setelah Oji pergi. Aurora hanya tersenyum dan kembali menyuruh Ale pulang. Ale lalu pulang.
Sementara itu, ditaman belakang sekolah, Aditya menunggu Aurora dengan gelisah.
“Aurora dateng nggak ya? Gilaaa...!!! Oji kemana juga sih, kok gak ngasih kebar??” ucap Aditya kesal. Ia lalu melempar batu berkuran sedang , namun sialnya, batu itu justru mengenai Aurora.
“Auw...!” pekik Aurora kesakitan. Adit langsung berlari menghampiri Aurora dan memeriksa kepala Aurora dengan khawatir.
“Aduh... maaf ya Ra!!! mana yang sakit, mana? Berdarah nggak?” tanya Aditya khawatir sambil membelai kepala Aurora pelan. Aurora benar-benar terharu. Ia benar-benar bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari Adit untuknya. Adit memeluk Aurora sambil memeriksa kepalanya. Keadaan ini, keadaan yang paling ia impikan sejak ia bertemu Aditya. Angan-angan yang membuncah saat Adit menyatakan cinta padanya empat hari yang lalu. Namun justru sekarang, ia harus menghapus semua angan-angannya itu. Menghapus kebahagiaan yang sudah ada didepan matanya sendiri.
Kenapa harus seperti ini Kak? Kenapa keadaan ini menimpa Aurora? Aurora sangat mencintai Kak Adit!! Aurora gak bisa menerima Kak Adit saat ini, maafin Aurora Kak!!! Aurora harus ngelakuin ini demi Kak Adit!! Aurora gak mau ngebuat Kak Adit terluka nanti!! Ucap Aurora dalam hati. Air mata sudah membasahi pipinya. Membuat Adit semakin khawatir pada Aurora.
“Aurora? Kamu kok nangis? Mana yang sakit Ra? Kasih tau aku!!” tanya Adit khawatir. Auroa menggeleng dan berusaha tersenyum.
“Aurora gak papa kok Kak!!” Aditpun tersenyum lega. Ia membelai rambut Aurora pelan. Ia lalu mengajak Aurora duduk di bangku di bawah pohon. Untuk sesaat, mereka sama-sama diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Adit lalu berbicara pada Aurora.
“Kamu tau kan kenapa aku panggil kamu kesini?” tanya Adit sambil menatap Aurora yang hanya bisa menunduk. Aurora mengangguk.
“Auroraa.... Aurora gak bisa....”
“Ra!!!” Adit lalu emaksa Aurora menatap mata Adit.
“Aku mencintai kamu Ra! Aku terima 3 hari yang lalu kamu gak dateng karena kamu sakit. Tapi sekarang tolong jawab pertanyaanku Ra!! aku bener-bener mencintai kamu!! Kamu mau kan, jadi pacar aku??” tanya Adit lembut.
Hati Aurora benar-benar ingin mengatakan “iya”, tapi logikanya melarangnya. Aurora menggeleng pelan. Membuat Adit langsung tersentak kaget.
“Maksud kamu?” tanya Adit dengan suara bergetar. Ia hendak memegang tangan Aurora, tapi Aurora langsung menepisnya dan langsung berdiri.
“Aku gak bisa Kak!! Aku gak mau jadi pacar Kak Adit!!” jawab Aurora lirih sambil menahan tangis. Aditya berdiri dan menarik tangan Aurora keras.
“Kenapa kamu nolak aku? Aku butuh alasan yang jelas kenapa kamu nolak aku Ra??” teriak Adit. Namun Aurora hanya mampu diam. Air matanya sudah akan tumpah. Ia membelakangi Adit, ia tidak mau Aditya melihat ekspresi terluka di wajahnya.
“Jawab aku Ra!!” teriak Adit.
“Karena aku gak mau punya pacar kayak Kak Adit!” jawab Aurora pelan. Adit memandang Aurora nanar. Ia sangat kecewa mendengar jawaban Aurora.
“Karena aku cowok gak bener? Karena aku sering tawiran? Atau karena...”
“Bukan itu Kak!!” potong Aurora.
“Lalu kenapa? Aku janji aku akan berubah demi kamu Ra!! tapi aku...”
“Kak!!” potong Aurora lagi. Kali ini ia memaksakan untuk menatap mata Adit. Hatinya sangat sakit melihat Adit terluka seperti ini.
“Karena aku gak cinta sama Kak Adit! Dan aku gak akan bisa mencintai Kak Adit!!” jawab Aurora lirih. Adit memandangnya antara kecewa, marah, sedih, sakit. Semua ini seakan membuat Adit sangat geram.
“Tapi aku mohon Kak, jika Kak Adit sayang ke aku, Kak Adit mau berubah, jangan tawuran lagi!! Bukan demi aku, tapi demi Kak Adit sendiri!!” pinta Aurora pelan. Air mata sudah hampir menetes di pipinya. Namun Adit benar-benar marah pada semuanya.
“Pergi dari sini!!” ucap Adit dengan suara bergetar. Aurora menatap Adit tak berdaya.
“Kak...”
“PERGIII!!! Lho denger gue  bilang apa gak? Pergi dari sini!!” bentak Adit keras pada Aurora. Air mata sudah membasahi pipi Aurora.
“Maafin Aurora Kak!!” ucap Aurora pelan.
“Pergi!!” teriak Adit lagi. Aurora lalu berlari meninggalkan Adit.
Hatinya hancur. ia teringat saat Adit menyatakan cinta padanya, ia sangat bahagia. Tapi saat pulang, ia harus mendengar semua kenyataan itu. Kenyataan yang sangat ia benci. Kenyataan yang membuat ia harus menolak Aditya padahal ia sangat mencintainya. Semalaman, Aurora hanya mengurung diri di kamar. Mama dan Papanya berusaha membujuknya makan, tapi Aurora tetap tidak mau keluar kamar. Ia tidur, dengan deraian air mata. Aurora merasa benar-benar tidak sanggup menghadapi semua ini.
Esok harinya, Aurora memaksa sekolah, padahal Papinya sudah melarangnya keras. Akhirnya, Papinya mengantarnya ke sekolah.
“Aurora masuk dulu yah Pap!!” pamit Aurora saat sudah sampai di depan pagar sekolahnya.
“Aurora... kalau ada apa-apa, telpon Papi ya!!” ucap Papinya. Aurora tidak menjawab, tapi malah memeluk Papinya erat.
“Aurora sayang sama Papi! Aurora gak mau ninggalin Papi!!” ucap Aurora sambil menangis. Air mata Papinya sudah menetes.
“Maafkan Papi Nak!! Papi tidak bisa menjaga kamu dengan baik!!” pinta Papinya. Aurora lalu melepaskan pelukan Papinya dan menatap mata Papinya lekat.
“Apapun yang terjadi, Auroro sayang sama Papi!! Papi harus janji sama Aurora, Papi akan terus bahagia dan gak boleh sedih, saat Aurora udah jadi bintang, Aurora akan terus menemani Papi, dari langit!!” ucap Aurora lembut. Papinya hanya mengangguk. Aurora lalu masuk ke sekolah dan berjalan ke lapangan basket, karena ada pertandingan disana.
“Ra!!” panggil Ale keras. Aurora lalu menghampiri Ale.
Udah main apa belom?” tanya Aurora lemas. Ale menatap Aurora khawatir.
Lho sakit?” tanya Ale. Aurora lalu berusaha tersenyum.
Gak enak badan ajah!” jawab Aurora singkat. Pertandinganpun dimulai, namun Aurora tidak fokus ke pertandingan. Pikirannya melayang kemana-mana.
Ia kembali teringat peristiwa itu, saat ia pulang dengan wajah berseri-seri karena Aditya menembaknya, namun saat sampai dirumahnya, semua berubah menjadi mimpi buruk baginya. Ia mendengar semuanya, orangtuanya sedang ribut dengan Dokter tentang kesehatan Aurora yang semakin menurun. Kankernya yang semakin menyebar. Aurora sakit parah, kanker darah stadium akhir. Hidup Aurora sudah tidak lama lagi. Dan itu membuat Aurora benar-benar hancur. Impiannya agar bisa bersama Adit lenyap seketika. Keputusan berat yang harus ia ambil. Ia tidak mau membuat Adit bahagia hanya sesaat dan membuatnya merasa kehilangan saat ia pergi.
Tiba-tiba Aurora merasa mual yang amat sangat. Telinganya berdenging.
“Oh Tuhan!! Jangan sekarang!!” gumam Aurora pelan sambil memegangi kepalanya.
“Ra? Lho kenapa??” tanya Ale khawatir. Tapi Aurora malah berlari meninggalkan Ale ke arah kamar mandi. Saat berlari, tidak sengaja ia menabrak Adit keras.
“Auw....” pekik Aurora tertahan. Ia terhuyung lalu menyandarkan tubuhnya ke tembok. Dan ia sangat terkejut melihat Adit yang ia tabrak.
“Punya mata nggak sih? Pakek tu mata!!” bentak Adit keras pada Aurora. Aurora benar-benar merasa terluka melihat Adit sekarang malah membencinya. Tapi ia seakan sadar. Bukannya ini yang aku mau? Kak Adit membenciku? Tapi kenapa sesakit ini?? batin Aurora. Aurora lalu beranjak pergi. Ia takut akan semakin terluka dan membuat pertahannya benar-benar jebol.
“Mau kemana lho? Emang dasar gak punya sopan santun ya??” teriak Adit sambil mencengkal tangan Aurora kasar. Aurora menahan keras agar air matanya tidak jatuh.
“Kenapa Kak Adit marah? Karena aku nolak Kakak??” tanya Aurora lemah. Namun justru semakin membuat Adit geram.
“Jaga omongan lho!!!” teriak Adit geram sambil mendorong Aurora keras sampai jatuh ke lantai. Aurora benar-benar merasa kesakitan, bukan hanya hatinya, tapi tubuhnya. Kepalanya seakan tertusuk ribuan duri, perutnya mual dan tubuhnya lemas.
“Kak...”  Aurora benar-brnar kesakitan.
Lho gak akan pernah dapetin simpati gue!! Karena lho, lho hanya cewek yang gak tau terimakasih dan gak tau aturan!!!” teriak Adit. Ia hampir akan menarik Aurora kasar, namun untungnya Oji temannya langsung menarik Adit.
“Lho apa-apaan sih??” tanya Oji keras sambil membantu Aurora berdiri.
“Dia cewek Dit!!” teriak Oji lagi sambil menghampiri Adit. Namun Adit serasa benar-benar buta karena sakit hati dan kesal.
Lho dengerin gue!! Lho pikir gue akan ngemis cinta ke lho? Gak akan!!! Gue gak akan pernah ngemis cinta ke cewek murahan kayak lho!!!” teriak Adit keras. Aurora benar-benar hancur. Air mata sudah menetes dari matanya pelan. Ia menatap Adit lembut dengan deraian air mata.
“Maafin Aurora Kak!! Aurora mohon maafin Aurora!!” ucap Aurora pelan dengan deraian air mata.
Gue gak butuh maaf lho!!! Dan jangan lho kira air mata lho bisa buat gue kasian sama lho!!!” teriak Adit. Aurora menunduk. Telinganya kembali berenging. Kepalanya serasa berputar-putar.
“Maafin Aurora Kak!! Aurora mohon, jangan benci ke Aurora!” pinta Auroradengan lemah. tanpa ia sadari, darah segar mengucur deras dari hidungnya. Oji yang pertama menyadarinya.
“Dit??” ucap Oji pelan sambil menunjuk ke Aurora yang mulai limbung. Aurora sangat kesakitan, ia seakan tak sanggup lagi berdiri.
“Jangan benci Aurora Kak!!” ucap Aurora pelan lalu terhuyung jatuh. Adit sangat terkejut dan langsung menangkap tubuh Auroa dan memeluknya erat.
“Aurora?? Kamu kenapa??” tanya Adit khawatir. Topengnya untuk membenci Aurora sudah lepas, karena sebemarnya ia sangat mencitai Aurora. Dan Aurora juga tak bisa berakting tidak mencintai Adit juga.
“Kamu kenapa Ra??” tanya Adit sambil mengeggam tangan Aurora erat. Aurora tersenyum sambil meneteskan air mata.
“Aurora gak mau Kakak benci ke Aurora!!” ucap Aurora pelan.
“Sststt.... kamu sakit Sayang??” tanya Adit khawatir yang menyadari tubuh Aurora semakin dingin. Aurora tersenyum.
“Aurora...aku sayang sama Kak Adit!!” ucap Aurora lemah. adit terkejut dan memandang Aurora lekat.
“Aurora gak bisa boong lagi... Aurora... awhh....!!!” Aurora tak sanggup melanjutkan perkataannya. Kepalanya serasa tertusuk ribuan duri.
“Aurora? Kamu kenapa? Ra, jawab aku!!!” teriak Adit sambil membelai rambut Auroro lembut.
“Aurora cinta sama Kak Adit!!” ucap Aurora lirih. Adit langsung memeluk Aurora erat.
Maafin Aurora!! Aurora melakukan ini, karena Aurora gak mau Kak Adit terluka!! Tapi Aurora gak sanggup lagi menahan semua ini!!” ucap Aurora sambil mengumpulkan kekuatannya. Adit meneteskan air matanya, entah kenapa ia merasa takut sekali akan kehilangan Aurora.
“Aurora seneng, disaat terakhir Aurora, Kak Adit ada disamping Aurora, memeluk Aurora! Aurora juga rela pergi, jika dalam pelukan Kak Adit saat ini!” ucap Aurora pelan sambil berusaha tersenyum.
“Apa maksud kamu Ra?” tanya Adit dengan suara bergetar.
“Aurora mengidap kanker darah!” ucap Aurora pelan. Air mata kembali membasahi pipinya.
“Aurora!!” Adit memeluk Aurora erat. Air mata menetes dari mata Adit.
“Ahh...” Aurora kembali mengerang kesakitan.
“I love you!!” ucap Aurora akhirnya dengan suara yang hanya menyerupai bisikan.
“Aku sangat mencintai kamu Ra!! Jangan tinggalin aku!!” pinta Adit sambil menggenggam tangan Aurora erat. Aurora tersenyum. Perlahan, detak jantung Aurora melemah, ia menatap Adit sambil tersenyum. Lalu menutup matanya, untuk selamanya.
“Aurora??” Adit mengguncang tubuh Aurora keras.
“Bangun!! Jangan tinggalin aku!! Ra!!!” teriak Adit sambil mengguncang tubuh Aurora pelan. Namun Aurora sudah pergi. Dalam pelukannya sendiri.
Maafin aku Ra!!” ucap Adit sambil meneteskan air mata.
Adit benar-benar terguncang dengan semua ini. masih terbayang di benaknya, bagaimana aura bahagia yang terpancar di wajah Aurora saat ia menyatakan cintanya pertama kali. Namun semua itu justru berubah saat Adit kembali menanyakan jawaban Aurora kembali, semuanya telah berubah. Bodohnya aku tidak bisa menyadari semua ini!!! batin Adit kesal. Saat di pemakaman Aurora, Adit hanya terduduk di samping makam Aurora. Menatap foto Aurora yang tersenyum bahagia yang terletak di pusaranya. Sampai Papi Aurora memberikan sepucuk surat pada Adit, dari Aurora.

Dear Kak Aditya...
Saat Kak Adit membaca surat ini, Aurora sudah berada di surga. Kak, saat Kak Adit menyatakan cinta padaku, saat itu adalah saat paling indah bagi Aurora! Namun dalam hitungan waktu, justru berubah menjadi mimpi buruk bagi Aurora. Menolak Kakak, seperti membuang separuh jiwa Aurora begitu saja. Dan sekarang, ijinkan aku untuk mengutarakan semua perasaanku padamu, Aurora sangat mencintai Kak Adit! Maafin Aurora karena udah nyakitin Kak Adit dan membuat Kak Adit sedih! Hanya satu hal yang Aurora minta Kak, Jangan benci ke aku! Aurora akan membawa cinta Aurora ke tempat terindah, Aurora akan bawa ke surga! Walaupun Aurora udah jadi bintang, Kak Adit tetap bintang untuk Aurora!! Selamanya...
Senja Aurora

Adit meneteskan air matanya saat membaca surat dari Aurora. Saat ini, ia ada di kamar Aurora. Ia memeluk erat foto Aurora.
“Aku gak akan pernah lupain kamu Ra!! Jaga cinta kita di surga! Suatu saat nanti, saat mimpiku di dunia telah usai, aku akan kesana! Kita akan merajut cinta terindah disana!!” ucap Adit pelan. Penyesalan memenuhi benaknya. Namun ia juga merasa bahagia, bisa memeluk Aurora di saat terakhirnya, terutama bisa mempersatukan cinta mereka, di detik terakhir hidup Aurora. Dan Aurora membawa cinta mereka ke surga. Cinta di detik terakhir hidup Aurora.